Senin, 04 Juni 2012

Upaya Pemerintahan Dalam Menumpas PKI Madiun 1948

Upaya Pemerintahan Dalam Menumpas PKI Madiun 1948
Pada waktu bangsa Indonesia sedang berjuang melawan Belanda dengan perjuangan bersenjata maupun diplomasi setelah kemerdekaan, bangsa kita harus menghadapi pemberontakan PKI Madiun. Pemberontakan yang terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Para pemimpin pemberontakan ini di antaranya adalah Amir Syarifuddin dan Musso. Amir Syarifudin adalah mantan Perdana Menteri dan menandatangani Perjanjian Renville. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948 dan melakukan pemberontakan di Madiun. Sedangkan Musso adalah Tokoh PKI yang pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926. Setelah gagal ia melarikan diri ke luar negeri. Selanjutnya ia pulang ke Indonesia bergabung dengan Amir Syarifuddin untuk mengadakan propaganda-propaganda anti pemerintah di bawah pimpinan Sukarno-Hatta.
Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Kelompok ini seringkali melakukan aksi-aksinya antara lain:
1.      melancarkan propaganda anti pemerintah.
2.      mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan misalnya di pabrik karung di Delanggu Klaten.
3.      melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrokan senjata di Solo tanggal 2 Juli 1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh. Pada tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945, Dr. Moewardi diculik dan dibunuh.
            Aksi pengacauan di Solo yang dilakukan PKI ini selanjutnya meluas dan mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI berhasil menguasai Madiun dan sekitarnya seperti Blora, Rembang, Pati, Kudus, Purwadadi, Ponorogo, dan Trenggalek. PKI mengumumkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia.” Setelah menguasai Madiun para pemberontak melakukan penyiksaan dan pembunuhan besar-besaran. Pejabat-pejabat pemerintah, para perwira TNI dan polisi, pemimpin-pemimpin partai, para ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat banyak yang menjadi korban keganasan PKI. Pemberontakan PKI di Madiun ini bertujuan meruntuhkan pemerintah RI yang berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945 yang akan diganti dengan pemerintahan yang berdasar paham komunis. Kekejaman PKI ketika melakukan pemberontakan pada tanggal 18 September 1948 tersebut mengakibatkan kemarahan rakyat.
Oleh karena itu pemerintah bersama rakyat segera mengambil tindakan tegas terhadap kaum pemberontak. Dalam usaha mengatasi keadaan, Pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang meliputi Semarang, Pati, dan Madiun. Panglima Jenderal Sudirman segera memerintahkan kepada Kolonel Gatot Soebroto di Jawa Tengah dan Kolonel Soengkono di Jawa Timur agar mengerahkan kekuatan kekuatan TNI dan polisi untuk menumpas kaum pemberontak. Karena Panglima Besar Jenderal Sudirman sedang sakit maka pimpinan operasi penumpasan diserahkan kepada Kolonel A. H. Nasution, Panglima Markas Besar Komando Jawa (MBKD). Walaupun dalam operasi penumpasan PKI Madiun ini menghadapi kesulitan karena sebagian besar pasukan TNI menjaga garis demarkasi menghadapi Belanda, dengan menggunakan dua brigade kesatuan cadangan umum Divisi III Siliwangi dan brigade Surachmad dari Jawa Timur serta kesatuan-kesatuan lainnya yang setia kepada negara Indonesia maka pemberontak dapat ditumpas. ‘
Pada tanggal 30 September 1948 seluruh kota Madiun dapat direbut kembali oleh TNI. Musso yang melarikan diri ke luar kota dapat dikejar dan ditembak TNI. Sedangkan Amir Syarifuddin tertangkap di hutan Ngrambe, Grobogan, daerah Puwadadi dan dihukum mati. Akhirnya pemberontakan PKI di Madiun dapat dipadamkan meskipun banyak memakan korban dan melemahkan kekuatan pertahanan RI.

Pelaksana Peristiwa Madiun 1948


Pelaksana Peristiwa Madiun 1948
Pada 8 Desember1947 sampai 17 Januari1948 pihak Republik Indonesia dan pendudukan Belanda melakukan perundingan yang dikenal sebagai Perundingan Renville. Hasil kesepakatan perundingan Renville dianggap menguntungkan posisi Belanda. Sebaliknya,RI menjadi pihak yang dirugikan dengan semakin sempit wilayah yang dimiliki.Oleh karena itu, kabinet Amir Syarifuddin diaggap merugikan bangsa, kabinet tersebut dijatuhkan pada 23 Januari1948. Ia terpaksa menyerahkan mandatnya kepada presiden dan digantikan kabinet Hatta.
            Kebijakan kabinet Amir menerima persetujuan Renville yang sangat merugikan itu menyebabkan Amir dam kabinetnya harus mengembalikan mandat. Telah diketahui bahwa kesulitan membentuk kabinet baru dan perlunya segera kabinet baru itu dibentuk menyebabkan Presiden Soekarno menunjuk Wakil Presiden Hatta untuk langsung memimpin kabinet. Sebagian besar anggota kabinet Hatta terdiri dari tokoh-tokoh Masyumi dan PNI. Amir dan Partai Sosialisnya tidak ikut serta. Hatta menolak ikut sertanya orang-orang Partai Sosialis karena mereka menghendaki Amir duduk kembali sebagai Menteri Pertahanan, disamping menghendaki tiga kursi penting lainnya. Karena keinginan mereka tidak terpenuhi maka mereka sejak semula beroposisi terhadap kabinet Hatta yang dicapnya sebagai kabinet Masyumi (islam).
            Sejak kabinet Hatta berkuasa, Amir nampak telah beralih menjadi orang komunis, dan berselisih dengan Syahrir, kawan seperjuangannya sejak jaman Jepang. Berbalikan dengan sikap Amir, Syahrir mendukung kabinet Hatta. Sebab terjadinya perpecahan antara Amir dan Syahrir yaitu karena Amir makin jelas terpikat oleh komunisme, yang mempertentangkan diri dengan partai agama, Masyumi. Sifat kekiri-kirian Amir makin nampak, padahal Syahrir adalah seorang sosialis kanan (sosialis demokrat). Selain itu perbedaan penilaian terhadap kabinet Hatta. Dalam sejarah dapat kita lihat bahwa dalam banyak hal Syahrir dan Hatta sangat bersesuaian pendapat.
            Perpecahan antara Amir dan Syahrir menjadi nyata ketika pada tanggal 13 Februari 1948 Syahrir keluar dari Partai Sosialis dan mendirikan PSI (Partai Sosialis Indonesia). Ini sudah pasti melemahkan kedudukan Amir, karena anggota-anggota KNIP banyak yang memihak Syahrir, meskipun sebagian besar massa anggotanya banyak yang masih setia kepada Amir, termasuk Pesindo. Karena itu untuk memperkuat kedudukannya pada tanggal 26 Februari 1948 dibentuklah olehnya FDR (Front Demokrasi Rakyat), yang mempersatukan Partai Sosialis, PBI (Partai Buruh Indonesia), PKI, Pesindo, dan Sarbupri (Sarekat Buruh Perkebunan RI). Pada saat ini SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) belum sepenuhnya jadi komunis.
Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28 Juni1948. Kelompok politik ini berusaha menempatkan diri sebagai oposisi terhadap pemerintahan dibawah kabinet Hatta. FDR bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan suatu perebutan kekuasaan.Beberapa aksi yang dijalankan kelompok ini diantaranya dengan melancarkan propaganda antipemerintah, mengadakan demonstrasi-demonstrasi, pemogokan, menculik dan membunuh lawan-lawan politik, serta menggerakkan kerusuhan dibeberapa tempat.
Sejalan dengan peristiwa itu, datanglah Muso seorang tokoh komunis yang sejak lama berada di Moskow, Uni Soviet. Ia menggabungkan diri dengan Amir Syarifuddin untuk menentang pemerintah, bahkan ia berhasil mengambil alih pucuk pimpinan PKI. Setelah itu, ia dan kawan-kawannya meningkatkan aksi teror, mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI dan menjelek-jelekan kepemimpinan Soekarno-Hatta. Puncak aksi PKI adalah pemberotakan terhadap RI pada 18 September1948 di Madiun, Jawa Timur.
Tujuan pemberontakan itu adalah meruntuhkan negara RI dan menggantinya dengan negara komunis. Dalam aksi ini beberapa pejabat, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat yang dianggap musuh dibunuh dengan kejam. Tindakan kekejaman ini membuat rakyat marah dan mengutuk PKI. Tokoh-tokoh pejuang dan pasukan TNI memang sedang menghadapi Belanda, tetapi pemerintah RI mampu bertindak cepat. Panglima Besar Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan pemberontakan PKI. Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki kembali oleh TNI dan polisi. Dalam operasi ini Muso berhasil ditembak mati sedangkan Amir Syarifuddin dan tokoh-tokoh lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

dari berbagai sumber

Tugas mata kuliah media pembelajaran semester IV

Tugas mata kuliah media pembelajaran semester IV
Yunita Wulandari
100210302088

Tugas Filsafat sejarah
1.       Kemukakan definisi filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif menurut:
a)      F.R. Ankersmit :  Filsafat sejarah yang mencari “struktur dalam” yang terkandung dalam proses (peristiwa)sejarah secara keseluruhan.
b)      Patrick Gardiner : Filsafat sejarah yang mengkaji tentang “makna & tujuan” dari proses (peristiwa) sejarah.
c)       Zainab al-Khudairi: Tinjauan filsafati thd peristiwa2 historis untuk mengetahui faktor esensial yg mengendalikan perjalanan peristiwa2 historis itu, untuk kemudian mengikhtisarkan hukum2 umum yg tetap yg mengarahkan perkembangan berbagai bangsa & negara dlm berbagai masa & generasi.

2.    :   Pandangan  Filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif pada zaman kuna/klasik
3.       Pandangan-pandangan Filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif pada abad pertengahan menurut:
a)      Santo Agustinus:  menurut Santo Agustinus Sejarah dimulai pada saat penciptaan manusia pertama dan terjadinya perbuatan dosa asal di Taman Firdaus, kemudian berlanjut pada kejadian-kejadian manusia di dunia, sampai saat kedatangan kembali Kristus, Mesias Sang Penebus Dosa, ke dunia. Masa di antara terjadinya dosa asal di Taman Firdaus hingga kedatangan kembali Kristus ke dunia disebut  “Sejarah Profan”,  yaitu masa pertentangan universal antara Civitas Dei (Kerajaan Tuhan) dengan Civitas Terrena (Kerajaan Dunia) atau Civitas Diaboli (Kerajaan Setan).
b)      Joachim:  menurut Joachim Sejarah dimulai sejak manusia pertama (Adam); kemudian berlanjut pd kejadian-kejadian manusia di dunia, sampai saat kedatangan Roh Kudus, yg akan mengalahkan kekuatan Anti-Christ; setelah itu, tibalah pengadilan akhir. Menurut Joachim Sejarah dibagi dalam tiga babakan waktu besar  yaitu:
1. Periode Bapa: dimulai sejak Adam berdiri ketakutan di bawah hukuman. Selama masa ini, bgs Yahudi mjd budak;
2. Periode Putera: dimulai sejak Uzziah, yang dlm kepercayaan dan kerendahan hati berada di bawah tanda Injil Suci. Selama periode kedua ini, orang2 Kristen mempunyai kebebasan jiwa, serta diperintah oleh studi dan disiplin;
3. Periode Roh Kudus: dimulai sejak masa Santo Benedictus. Pd masa inilah, Roh Kudus akan datang. Anti-Christ akan dikalahkan. Gereja dari Timur dan  Barat akan bersatu. Masa akhir telah dekat, dan hari pengadilan akhir akan tiba.

c)       Ibn Khaldun:  menurut Ibn Khaldun sejarah Semua fenomena sosial tunduk pada hukum perkembangan;

4.       Pandangan-pandangan Filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif pada abad modern
a)      Giovanni Battista Vico: menurut Vico Selalu ada perulangan di dalam proses sejarah, Proses sejarah setiap bangsa (kebudayaan) bergerak melalui 3 tahap perkembangan  menurut Vico, yaitu:
(1) Barbar ( stadium barbaricum )
(2) Kepahlawanan ( stadium heroicum )
(3) Peradaban ( stadium rationale ) ;
b)      G.W.F  Hegel: Sejarah hakekatnya mrp perwujudan atau realisasi  ( gestalte wording )  akal di dalam waktu; menurut Hegel akal adalah penguasa dunia
c)       Oswald Spengler:  menurut Spengler Proses (Gerak) Sejarah  adalah Spiral, Motor Proses (Gerak) Sejarah SCHICKSAL , dan Tujuan Proses (Gerak) Sejarah  Tidak Bertujuan , dimana Kehidupan kebudayaan dalam segalanya sama dg kehidupan obyek organik lainnya seperti kehidupan hewan, tumbuh2an, dll. Kesemuanya itu dikuasai dan dikendalikan oleh schicksal (hukum alam atau nasib);

PKI Madiun 1948

 
Latar Belakang dan Tujuan Peristiwa PKI Madiun 1948
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, muncul berbagai organisasi yang membina kader-kader mereka, termasuk golongan kiri dan golongan sosialis. Selain tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Partai Sosialis Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain Kelompok Diskusi Patuk, yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk, Yogyakarta. Yang ikut dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil seperti D.N. Aidit, Syam Kamaruzzaman, dan lain-lain. Dan juga dari kalangan militer dan bahkan beberapa komandan brigade, antara lain Kolonel Joko Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade III, Divisi III), Letkol Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi Komandan Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten Suparjo, Kapten Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri.
Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno, Wakil Indonesia di Praha, Musso, kembali dari Moskow, Rusia. Tanggal 11 Agustus, Musso tiba di Yogyakarta dan segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan komandan pasukan bergabung dengan Musso, antara lain Mr. Amir Sjarifuddin Harahap, dr. Setiajid, kelompok diskusi Patuk, dan lain-lain.  Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.
Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo (RM Suryo) dan mobil dua perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di Ngawi. Ketiga orang tersebut dibunuh dan mayatnya dibuang di dalam hutan.

Demikian juga dr. Muwardi dari golongan kiri, diculik dan dibunuh. Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah yang melakukannya. Di antara yang menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi yang namanya sekarang diabadikan dengan Monumen yang berdiri di tengah alun-alun Kota Madiun dan nama jalan utama di Kota Madiun.  Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI saat itu, termasuk Wakil Presiden atau Perdana Menteri Mohammad Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan Partai Komunis Indonesia.
Kemudian pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia di hotel "Huisje Hansje" Sarangan, dekat Madiun yang dihadiri oleh Soekarno, Hatta, Sukiman, Menteri Dalam negeri, Mohamad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala Polisi Sukanto, sedangkan di pihak Amerika hadir Gerald Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran (pengganti Graham yang mewakili Amerika dalam Komisi Jasa Baik PBB). Dalam pertemuan Sarangan, yang belakangan dikenal sebagai "Perundingan Sarangan", diberitakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia menyetujui Red Drive Proposal (proposal pembasmian kelompok merah). Dengan bantuan Arturo Campbell, Sukanto berangkat ke Amerika guna menerima bantuan untuk kepolisian RI. Campbell yang menyandang gelar resmi Atase Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika di Jakarta, sesungguhnya adalah anggota Central Intelligence Agency - CIA
Diisukan, bahwa Sumarsoso tokoh Pesindo, pada 18 September 1948 melalui radio di Madiun telah mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi Karesidenan Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan yang mengatakan bahwa pada dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah (FND) dan telah terjadi pemberontakan PKI. Dia bahwa FND dibentuk sebagai perlawanan terhadap ancaman dari Pemerintah Pusat
Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Musso-Amir Syarifuddin atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun). 




dari berbagai sumber di google

Filsafat sejarah


Tugas Filsafat sejarah
1.       Kemukakan definisi filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif menurut:
a)      F.R. Ankersmit :  Filsafat sejarah yang mencari “struktur dalam” yang terkandung dalam proses (peristiwa)sejarah secara keseluruhan.
b)      Patrick Gardiner : Filsafat sejarah yang mengkaji tentang “makna & tujuan” dari proses (peristiwa) sejarah.
c)       Zainab al-Khudairi: Tinjauan filsafati thd peristiwa2 historis untuk mengetahui faktor esensial yg mengendalikan perjalanan peristiwa2 historis itu, untuk kemudian mengikhtisarkan hukum2 umum yg tetap yg mengarahkan perkembangan berbagai bangsa & negara dlm berbagai masa & generasi.

2.       Pandangan  Filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif pada zaman kuna/klasik
3.       Pandangan-pandangan Filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif pada abad pertengahan menurut:
a)      Santo Agustinus:  menurut Santo Agustinus Sejarah dimulai pada saat penciptaan manusia pertama dan terjadinya perbuatan dosa asal di Taman Firdaus, kemudian berlanjut pada kejadian-kejadian manusia di dunia, sampai saat kedatangan kembali Kristus, Mesias Sang Penebus Dosa, ke dunia. Masa di antara terjadinya dosa asal di Taman Firdaus hingga kedatangan kembali Kristus ke dunia disebut  “Sejarah Profan”,  yaitu masa pertentangan universal antara Civitas Dei (Kerajaan Tuhan) dengan Civitas Terrena (Kerajaan Dunia) atau Civitas Diaboli (Kerajaan Setan).
b)      Joachim:  menurut Joachim Sejarah dimulai sejak manusia pertama (Adam); kemudian berlanjut pd kejadian-kejadian manusia di dunia, sampai saat kedatangan Roh Kudus, yg akan mengalahkan kekuatan Anti-Christ; setelah itu, tibalah pengadilan akhir. Menurut Joachim Sejarah dibagi dalam tiga babakan waktu besar  yaitu:
1. Periode Bapa: dimulai sejak Adam berdiri ketakutan di bawah hukuman. Selama masa ini, bgs Yahudi mjd budak;
2. Periode Putera: dimulai sejak Uzziah, yang dlm kepercayaan dan kerendahan hati berada di bawah tanda Injil Suci. Selama periode kedua ini, orang2 Kristen mempunyai kebebasan jiwa, serta diperintah oleh studi dan disiplin;
3. Periode Roh Kudus: dimulai sejak masa Santo Benedictus. Pd masa inilah, Roh Kudus akan datang. Anti-Christ akan dikalahkan. Gereja dari Timur dan  Barat akan bersatu. Masa akhir telah dekat, dan hari pengadilan akhir akan tiba.

c)       Ibn Khaldun:  menurut Ibn Khaldun sejarah Semua fenomena sosial tunduk pada hukum perkembangan;

4.       Pandangan-pandangan Filsafat sejarah spekulatif/kontemplatif pada abad modern
a)      Giovanni Battista Vico: menurut Vico Selalu ada perulangan di dalam proses sejarah, Proses sejarah setiap bangsa (kebudayaan) bergerak melalui 3 tahap perkembangan  menurut Vico, yaitu:
(1) Barbar ( stadium barbaricum )
(2) Kepahlawanan ( stadium heroicum )
(3) Peradaban ( stadium rationale ) ;
b)      G.W.F  Hegel: Sejarah hakekatnya mrp perwujudan                atau       realisasi  ( gestalte wording )  akal di dalam waktu; menurut Hegel akal adalah penguasa dunia
c)       Oswald Spengler:  menurut Spengler Proses (Gerak) Sejarah  adalah Spiral, Motor Proses (Gerak) Sejarah SCHICKSAL , dan Tujuan Proses (Gerak) Sejarah  Tidak Bertujuan , dimana Kehidupan kebudayaan dalam segalanya sama dg kehidupan obyek organik lainnya seperti kehidupan hewan, tumbuh2an, dll. Kesemuanya itu dikuasai dan dikendalikan oleh schicksal (hukum alam atau nasib);

-dari berbagai sumber-